Kamis, 18 Oktober 2012

Pengembangan Kurikulum ala Hilda Taba

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM HILDA TABA

A.      Pendahuluan
Kurikulum menjadi nadi dan penentu pada masyarakat akan datang. Tanpa kurikulum, proses pendidikan sukar dilaksanakan. Kejayaan masyarakat ditentukan oleh kurikulum sekolah yang dilaksanakan sekarang. Oleh karena itu setiap pendidik dan calon pendidi harus mengetahui dengan jelas peranan kurikulum dalam pendidikan dan sumbangan kurikulum kepada pembangunan masyarakat.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 menyebutkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam pengembangan kurikulum banyak model yang digunakan. Untuk memilih suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan pada kelebihan dan kemungkinan pencapaian hasil yang optimal. Tetapi dalam memilih model perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut.
Berbagai model ditawarkan oleh para ahli, di antaranya model pengembangan kurikulum Tyler, model pengembangan kurikulum Hilda Taba, model pengembangan kurikulum Oliva, serta model pengembangan kurikulum Miller dan Seller. Namun, dalam makalah ini yang akan dibahas hanya model pengembangan kurikulum Hilda Taba.   
B.       Kurikulum Model Hilda Taba
1.         Sekilas Tentang Riwayat Hidup Hilda Taba
Hilda Taba lahir  pada tanggal 07 Desember 1902 di Kooraste, Estonia (Rusia). Dia adalah anak pertama dari sembilan bersaudara. Ayahnya bernama Robert Taba, seorang guru di Sekolah Dasar.

Dia kemudian lulus dari Sekolah Tinggi Voru for Girls pada tahun 1921, dengan harapan menjadi seorang guru sekolah dasar. Akan tetapi dia malah masuk  Universitas Tartu dan mulai belajar ekonomi. Dia akhirnya mengubah studi utamanya menjadi sejarah dan pendidikan sebelum lulus dari University of Tartu pada tahun 1926.
Hilda kemudian pindah ke Amerika Serikat untuk menyelesaikan gelar masternya di Bryn Mawr College, Pennsylvania. Selama studi pascasarjananya ia mulai memperhatikan sastra pendidikan Amerika, yang memperkenalkannya kepada karya-karya Bode dan filsafat pendidikan progresif. Setelah menyelesaikan studinya di pascasarjana dalam waktu satu tahun, Taba mulai melanjutkan Universitas Columbia pada tahun 1927 untuk studi doctoral pada konsentrasi filsafat pendidikan. Selama studi doctoral dia memiliki kesempatan untuk bertemu psikolog terkenal di dunia EL Thorndike dan filsuf Jon Dewey dan beberapa orang lainnya. Setelah menyelesaikan disertasinya pada tahun 1931, Taba kembali ke Estonia dan diangkat menjadi guru besar di Tartu. Setelah itu ia memutuskan untuk kembali ke Amerika Serikat, keputusan yang praktis menyelamatkan hidupnya karena kebanyakan intelektual dihilangkan setelah pengambil alihan Soviet pada tahun 1940. Setelah kembali Hilda menjadi asisten profesor pendidikan di Ohio State, sebelum menjadi profesor penuh pada tahun 1951 ia melanjutkan pendidikan di San Francisco State University sampai kematiannya pada tahun 1967.
Ada beberapa ide filosofis Taba pada pengembangan kurikulum,
juga ada banyak makalah akademis dalam bahasa Inggris dan Estonia yang menggambarkan ide-ide Hilda Taba dan penelitian pada bidang tertentu dalam pendidikan. Meski sedikit prinsip-prinsip umum Taba yang meyakinkan tentang penelitian dan pendidikan yang membuat karyanya yang unik, kreatif dan asli. Namun banyak ide-ide yang membuat Taba terkenal di dunia terus berkembang dan berkembang secara bertahap sepanjang karirnya.[1]
2.         Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum Menurut Hilda Taba
Menurut cara yang tradisional pengembangan kurikulum dilakukan secara deduktif, dengan urutan:
a.         Penentuan prinsip-prinsip dan kebijakan dasar
b.        Merumusukan desain kurikulum yang bersifat menyeluruh didasarkan atas komitmen-komitmen tertentu
c.         Menyusun unit-unit kurikulum sejalan dengan desain yang menyeluruh
d.        Melaksanakan kurikulum di dalam kelas
Taba berpendapat model deduktif ini kurang cocok, sebab tidak merangsang timbulnya inovasi-inovasi. Menurutnya pengembangan kurikulum  yang lebih mendorong inovasi dan kreativitas guru-guru adalah yang bersifat induktif, yang merupakan inversi dari model tradisional.[2]
Ada lima langkah pengembangan kurikulum model Taba ini, di antaranya adalah:
a.         Mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru
Di dalam unit eksperimen ini diadakan studi yang saksama tentang hubungan antara teori dengan praktik. Perencanaan didasarkan atas teori yang kuat, dan pelaksanaan eksperimen di dalam kelas menghasilkan data-data yang untuk menguji landasan teori yang digunakan.
Ada delapan langkah dalam kegiatan unit eksperimen ini, yakni:
1)        Mendiagnosis kebutuhan
Pada langkah ini pengembang kurikulum memulai dengan menentukan kebutuhan-kebutuhan siswa
2)        Merumuskan tujuan
3)        Memilih isi
Salah satu dari dua langkah dalam memilih materi adalah membuat pedoman. Artinya adalah dalam menyusun materi harus bisa menghubungkan dengan tingkatan siswa. Langkah kedua yang juga penting dalam memilih materi adalah pelajaran harus menarik, sesuai secara psikologi dan perkembangan peserta didik.
4)        Mengorganisasi isi
Berdasarkan hasil seleksi isi, selanjutnya isi kurikulum yang telah ditentukan itu disusun urutannya sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulum itu diberikan.
5)        Memilih pengalaman belajar
Untuk memilih pengalaman belajar, Taba mengatakan bahwa guru harus membuat pertanyaan, seperti apakah pengalaman yang diperoleh siswa sesuai dengan pembelajaran?, apakah pengalaman yang diperoleh bisa membawa kepada pembelajaran aktif? Apakah pengalaman itu sesuai dengan tingkatan siswa? Taba juga merasa bahwa pengalaman belajar yang menunjukkan berbagai pengalaman seperti, membaca, menulis, mengobservasi, melakukan penelitian, menganalisis, mendiskusikan, melukis, membangun dan mendramatisir.
6)        Mengorganisasi pengalaman belajar
Taba menguraikan uraian yang berkaitan dengan organisasi pengalaman belajar yaitu: Introduction, melibatkan mengembangkan minat siswa dan memberikan bukti diagnostik untuk guru. Development or study, terdiri dari kegiatan belajar yang dirancang untuk mengembangkan berbagai aspek dan memberikan materi faktual yang diperlukan. Kegiatan ini meliputi: membaca, penelitian, analisis data, kerja panitia dan studi dari berbagai jenis. Generalization, mengacu pada upaya siswa untuk menempatkan ide-ide bersama-sama. Application or summary, adalah langkah terakhir di mana siswa mengaplikasikan sesuatu untuk tugas mereka.
7)        Mengevaluasi
Langkah ketujuh ini digunakan adalah untuk menentukan apakah tujuan sudah tercapai atau belum, mendiagnosa rencana kurikulum, dan penilaian perubahan perilaku siswa. Taba menjelaskan bahwa banyaknya langkah-langkah formal dan informal dalam melakukan penilaian ini.
8)        Melihat sekuens dan keseimbangan
Yakni untuk melihat kesesuaian antara isi, pengalaman belajar dan tipe-tipe belajar siswa.[3]
b.        Menguji unit eksperimen
Meskipun unit eksperimen ini telah diuji dalam pelaksanaan di kelas eksperimen, tetapi masih harus diuji di kelas-kelas atau tempat lain untuk mengetahui validitas dan kepraktisannya, serta menghimpun data bagi penyempurnaan.
c.         Mengadakan revisi dan konsolidasi
Dari langkah pengujian diperoleh beberapa data, data tersebut digunakan untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan. Selain perbaikan dan penyempurnaan diadakan juga kegiatan konsolidasi, yaitu penarikan kesimpulan tentang hal-hal yang lebih bersifat umum yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas. Hal itu dilakukan, sebab meskipun suatu unit eksperimen telah cukup valid dan praktis pada suatu sekolah belum tentu demikian juga pada sekolah yang lainnya. Untuk menguji keberlakuannya pada daerah yang lebih luas perlu adanya kegiatan konsolidasi.


d.        Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum
Apabila dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang lebih menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu masih harus dikaji oleh para ahli kurikulum dan para profesional kurikulum lainnya. Kegiatan itu dilakukan untuk mengetahui apakah konsep-konsep dasar atau landasan-landasan teori yang dipakai sudah masuk dan sesuai.[4]
e.         Implementasi dan diseminasi
Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program ke daerah dan sekolah-sekolah dan dilakukan pendataan tetang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi guru-guru di lapangan. Oleh karena itu perlu diperhatikan tentang persiapan dilapangan yang berkaitan dengan aspek-aspek penerapan kurikulum. Pengembangan kurikulum realitas dengan pelaksanaannya, yaitu melalui pengujian terlebih dahulu oleh staf pengajar yang profesional. Dengan demikian, model ini benar-benar memadukan teori dan praktek.
Tanggung jawab tahap ini dibebankan pada administrator sekolah. Penerapan kurikulum merupakan tahap yang ditempuh dalam kegiatan pengembangan kurikulum. Pada tahap ini harus diperhatikan berbagai masalah : seperti kesiapan tenaga pengajar untuk melaksanakan kurikulum di kelasnya, penyediaan fasilitas pendukung yang memadai, alat atau bahan yang diperlukan dan biaya yang tersedia, semuanya perlu mendapat perhatian dalam penerapan kurikulum agar tercapai hasil optimal.

C.      Kesimpulan
Hilda Taba mengembangkan model atas dasar data induktif sehingga dikenal dengan model terbalik. Dikatakan model terbalik karena pengembangan kurikulumnya tidak didahului oleh konsep-konsep yang datangnya secara deduktif. Dalam kurikulum Hilda Taba sebelum melaksanakan langkah-langkah lebih lanjut, terlebih dahulu mencari data dari lapangan dengan cara mengadakan percobaan yang kemudian disusun teori atas dasar hasil nyata baru diadakan pelaksanaan.
Model Taba sebagai model pembelajaran secara induktif terdiri atas langkah-langkah terstruktur yang dibagi menjadi lima fase. Dalam hal ini pendidik menjadi motor penggerak untuk menjangkau fase demi fase melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik secara sambung menyambung.
Tujuan utama model ini adalah pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa di samping penguasaan secara tuntas topik yang dibicarakan.




















KEPUSTAKAAN

Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009

Taba, Hilda, Curriculum Development: Theory and Practice, New York: Harcourt, Brace & World, 1962

Wayne Seller and John P. Miller, Curriculum Perspectives and Practice, USA: Longman, 1985













                [1] Hilda Taba, Curriculum Development: Theory and Practice, (New York: Harcourt, Brace & World, 1962), h. 3
                [2] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 166
                [3] Lihat John P. Miller and Wayne Seller, Curriculum Perspectives and Practice, (USA: Longman, 1985), h. 215-117. Nana Syaodih Sukmadinata, Op. Cit., h. 167
                [4] Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar